Malam hari, saat teman-temannya tidur, Raka membuka forum gelap bernama DarkNode. Di sana, orang-orang berbicara tentang kode berbahaya: cara menyusup ke sistem, mencuri data, hingga melumpuhkan server. Jantung Raka berdebar. Ia tahu ini terlarang, tapi rasa penasarannya jauh lebih kuat.
Awalnya Raka hanya membuat script sederhana untuk mencuri password Wi-Fi. Begitu berhasil, ia merasa seperti pahlawan dalam film hacker. Ia tertawa kecil, bangga pada dirinya sendiri.
Tapi ia tidak berhenti di situ. Ia mencoba membuat program untuk mengintip file di komputer lain dalam satu jaringan. Sekali uji coba di warnet, ia berhasil membuka folder orang asing. Rasanya menegangkan sekaligus memabukkan.
Semakin malam, semakin berani Raka. Ia tidak sadar bahwa ia sedang berjalan ke jalan gelap tanpa jalan kembali.
Beberapa hari kemudian, laboratorium komputer sekolah kacau balau. Semua PC error, file ujian guru hilang, dan jaringan internet lumpuh.
Semua panik. Guru TIK kebingungan, kepala sekolah marah besar. Yang paling ketakutan justru Raka, karena ia tahu: pola kerusakan itu mirip sekali dengan script yang ia buat beberapa malam lalu.
“Tidak mungkin… Aku cuma coba sebentar,” gumamnya. Tapi kenyataannya, kodenya telah menyebar tanpa kendali.
Polisi siber datang ke sekolah, memeriksa jaringan dan komputer. Hasilnya jelas: ada aktivitas mencurigakan yang mengarah ke laptop Raka.
Raka hampir dikeluarkan, tapi akhirnya diberi kesempatan kedua dengan syarat: tidak boleh lagi bermain-main dengan hal ilegal.
Raka mencoba hidup normal kembali. Ia membuat aplikasi belajar untuk temannya, mencoba menjauh dari forum gelap.
Namun suatu malam, layar laptopnya tiba-tiba gelap. Sebuah pesan muncul:
Wajah Raka pucat. Bagaimana orang itu tahu namanya? Siapa yang mengambil kodenya?
Keesokan harinya, pesan lain muncul, kali ini lebih menakutkan:
Di pojok layar, muncul foto dirinya sendiri—diambil dari webcam laptop tanpa sepengetahuannya.
Raka panik. Ia menutup laptop, bahkan melepas baterai. Tapi hatinya tahu: ia sedang diawasi.
Tak kuat menanggung tekanan, Raka mendatangi kantor polisi siber. Ia menyerahkan laptop dan menunjukkan pesan-pesan misterius itu.
Petugas terkejut. Mereka menjelaskan bahwa pesan itu berasal dari kelompok hacker internasional bernama Shadow Phantoms, salah satu sindikat dunia maya paling berbahaya.
“Kamu target mereka karena kode yang kamu buat,” jelas seorang agen. “Sekarang, kamu punya pilihan: diam dan tetap diburu, atau bantu kami melawan.”
Raka akhirnya setuju membantu. Ia menjalani pelatihan intensif: belajar enkripsi, melacak jejak IP, serta teknik bertahan dari serangan balik.
Awalnya ia kewalahan, tapi kemampuan alaminya membuat ia cepat menguasai. Ia bahkan mulai merasa percaya diri bisa menebus kesalahannya.
Namun kelompok Shadow Phantoms tidak tinggal diam. Mereka mulai menyerang sistem sekolah Raka lagi, bahkan menyebarkan rumor bahwa Raka adalah biang keladi semua masalah. Tekanan psikologis semakin berat.
Suatu malam, tim siber mendeteksi serangan besar: Shadow Phantoms mencoba melumpuhkan server pemerintah.
Raka ikut dalam tim pertahanan. Jari-jarinya terbang di atas keyboard, melawan serangan demi serangan. Serasa berada di medan perang tak terlihat—bom, peluru, semua diganti dengan baris kode.
Akhirnya, mereka berhasil menghentikan serangan. Namun pemimpin Shadow Phantoms berhasil kabur, meninggalkan pesan mengejek:
Sekolah kembali tenang, dan Raka mulai dikenal bukan hanya sebagai anak jenius, tapi juga sebagai orang yang membantu menyelamatkan banyak data penting.
Namun ia tahu, pertempuran belum selesai. Setiap kali menyalakan laptop, ia merasa ada mata tak terlihat yang mengintainya.
Suatu malam, layar laptopnya kembali berkedip, menampilkan pesan singkat:
Gelap.